Selamat datang di CaraGampang.Com

Ketika Soal SNMPTN Bertasbih

Kamis, 31 Mei 20120 komentar

Ilustrasi

Cintahakikiindonesia.blogspot.com - “Aku mau FKIP B Inggris.”
“Hah??” mereka terkejut.
“Iya.”, jawabku yakin.
“Bukannya, salah satu kakakmu juga ada yang di FKIP, masa’ jadi guru semua.”
“Hmm, Iya tapi aku pilih beda program studinya.”
“Ohh okelah, good luck ya.”
Sejak saat itu, seantero SMA (Lebayy, cuma sekelas kok :p) pada tau kalo aku maunya jadi guru bahasa Inggris, dan sejak saat itulah sebagian besar temanku memanggilku dengan sebutan “Miss”. Panggilan yang juga berupa doa mereka untukku.

***

Ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan untuk lulus di FKIP Unsri, usahaku dimulai dari jalur undangan, pilihanku satu-satunya FKIP Unsri Indralaya. Titik. Tapi kenyataannya setelah pengumuman jalur undangan, namaku tidak ada di kolom yang lulus, haduuuh sabarr. Mungkin yang lulus nilainya pada besar-besar semua. (Ya iyalah, masa’ kecil-kecil).

Setelah itu, kukuatkan tekad, aku harus lulus dan aku pasti bisa. FKIP Unsri dengan Passing grade 2,46 (saat itu) pasti bisa kutaklukkan, pokoknya sudah niat pengen jadi guru, sebuah pekerjaan yang mulia serta cocok dengan kodrat sebagai wanita, pikirku waktu itu.

Sayangnya, karena ada sesuatu dan lain hal, aku tidak bisa ikut intensif bimbel seperti teman-temanku yang lainnya. Pada saat mereka berbicara tentang try out (TO) sana-sini, Konsul setiap abis sekolah, aku hanya bisa diam. Untung Kata-kata seorang mbak menguatkanku, “I am What I Think” artinya “Aku adalah apa yang kupikirkan”.

Ya, jika pada saat itu, aku pikir bahwa dengan tidak ikut bimbel aku tidak lulus, maka pasti aku tidak lulus, namun aku berpikir semua sudah ada yang mengatur, Allah sudah mengatur Ajal, jodoh dan rezeki kita, bukankah bisa lulus di perguruan tinggi negeri itu juga merupakan rezeki, maka aku merasa jikalau aku sudah ditakdirkan untuk kuliah di Universitas Sriwijaya, bagaimanapun caranya pasti aku akan kuliah di sana. Begitupun sebaliknya, jika aku tidak ditakdirkan untuk kuliah di universitas Sriwijaya, bagaimanapun caranya seberapa giat aku belajar, pasti aku tidak akan lulus di sana.

Banyak kenyataannya orang-orang yang dalam akademiknya mengagumkan, namun tidak bisa lulus di perguruan tinggi negeri. Semua rahasia Allah.

Yang paling aku ingat ketika H-10 ujian SNMPTN, saat itu aku berujar,
“Pulang ini aku mau transfer uang pendaftaran SNMPTN, biar bisa mulai belajarnya dengan tenang.”
Salah seorang berkata kepadaku seperti ini,

“Ya ampuun, H-10 baru mau belajar, harusnya sudah dari dulu-dulu.”
Dia melihatku sambil menggeleng. “Ckckck”.

Aku sungguh berterima kasih ada seseorang yang berkata seperti ini padaku, kata-katanya memang sakit, tapi kalimat itu kujadikan cambukan untukku.
Pada saat itu hatiku berkata, “Lihatlah kawan, nanti akan aku tunjukkan.”

***

Setelah berusaha belajar dalam sepuluh hari menjelang SNMPTN, tentu aku tidak asal belajar, kususun materi-materi yang harus dipelajari terlebih dahulu setelah itu aku membuat jadwal waktu untuk belajar agar teratur.

Selama itu pula aku terus berdoa pada Allah, agar dimudahkan ujiannya, salah satu doa yang selalu aku panjatkan dalam hatiku adalah doa yang kudapat dari salah seorang Mbak’. Begini doanya:
“Ya Allah, apapun hasilnya nanti, jika itu baik untukku dan untuk agamaku, akan aku terima. Dan semoga aku bisa ikhlas untuk menjalankannya. Aamiin.”

Hari H tiba, aku bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan semuanya, Sebelum melangkahkan kaki keluar rumah aku meminta padaNya,
“Allah, lancarkanlah semuanya.”
Sampai di sana aku tak menemukan satu pun teman yang satu kelas denganku. Karena memang mayoritas temanku memilih paket IPA atau IPC, hanya aku yang memilih paket IPS, (Ngapain anak IPA milih paket IPS?) yaa, karena memang tujuan aku fokus cuma satu, yaitu FKIP B Inggris. Titik.
Soal pun dibagikan. Hatiku ketar-ketir, takut kalau tidak bisa jawab. Sebelum menjawab soal, terlebih dahulu diarahkan untuk mengisi pilihan jurusan yang ingin dimasuki di LJK. Saat itu aku bingung, tersedia dua kolom, pilihan pertama dan pilihan kedua.

Kalau pilihan pertama FKIP bahasa Inggris, pilihan kedua harus lebih rendah passing grade-nya. Aku berpikir, gimana kalau diubah saja, FKIP b. inggris itu pilihan kedua terus Akuntansi jadi pilihan pertama. Toh, ga mungkin aku masuk di Akuntansi, secara dari temen-temen SMA-ku saja udah banyak dan ga kehitung yang pilih masuk Akuntansi UNSRI.

“Bismillah.”, Aku lalu menjawab apa yang aku bisa dan mengosongkan apa yang aku tidak bisa.
Dan Alhamdulillah aku lulus, Tapi saudara-saudara, tahukah Anda? Aku tidak lulus FKIP B Inggris tapi aku lulus Akuntansi!

Waduuh, ga nyangka bener, jujur aku kecewa tapi keinget doa ini,
“Ya Allah, apapun hasilnya nanti, jika itu baik untukku dan untuk agamaku, akan aku terima.
Dan semoga aku bisa ikhlas untuk menjalankannya. Aamiin.”
Yap, ini yang terbaik. Ternyata memang ini yang terbaik.
Jikalau saat itu, aku tidak ambil pilihan ini, aku tidak mungkin bisa mendapatkan suasana seperti di tempatku kuliah sekarang, Fakultas Ekonomi tercinta, dengan teman-teman yang baik, juga lingkungan yang nyaman untukku.

“Kadang kala, apa yang menurut kita baik, belum tentu baik di mata Allah, dan apa yang menurut kita buruk, belum tentu buruk di mata Allah, langkah terbaik adalah serahkan semuanya pada Allah.”
Udah Siap? :)
Share this article :

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan Akhlak Yang Baik, Jika Ada Kekhilafan Maka Perbaikilah Dengan Akhlak Yang Baik, Komentar Yang Buruk Akan Kami Hapus Demi Ketertiban Blog " CINTA HAKIKI "

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Cinta Hakiki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger